Minggu, 09 September 2018

Puasa Nyaman Untuk Diabetesi

Bulan puasa kerap mendatangkan masalah untuk mereka yang mempunyai diabetes. Di satu sisi, mereka ingin menjalankan ibadah puasa bersama umat muslim lainnya. Namun di sisi lain, mereka juga takut, puasa justru akan menciptakan penyakitnya makin memburuk. Seperti yang dialami Felly, seorang ibu berusia 45 tahun ini.

“Saya inginnya sanggup puasa menyerupai biasa, tapi selalu cemas,” katanya. Sebenarnya, Felly telah berkonsultasi dengan dokternya soal menjalankan ibadah puasa. Namun tetap saja, rasa waswas seakan terus mengikutinya. Harap maklum kalau Felly khawatir. Pada bulan puasa, jumlah pasien diabetes yang mengalami komplikasi memang meningkat cukup tajam.

Diabetes ialah penyakit yang terjadi tanggapan kerusakan pankreas, yakni kelenjar yang memproduksi insulin. Penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia). Gejala yang sering timbul ialah sering kencing malam (poliuria), dan sering makan (polifagia) tetapi berat tubuh tidak bertambah malah seringkali semakin kurus dan sering merasa haus (polidipsa). 

Para dokter sepakat, intinya penderita diabetes diperbolehkan berpuasa. Hanya sebagian kecil saja yang disarankan untuk tidak menjalankannya. Salah satu tandanya, diabetesi yang boleh berpuasa ialah mereka yang gula darahnya terkendali dengan baik. Kalau dilihat dari kacamata medis, nilai Alc baik atau di atas tujuh persen.

Dokter mengimbau para penderita diabetes sanggup mengelola diabetes mereka secara berdikari selama menjalankan ibadah puasa. Namun selama ini memang tidak ada panduan tepatnya. Hal inilah yang sering menimbulkan risiko komplikasi meningkat. Komplikasi tersebut di antaranya hipoglikemia (terlalu rendah), hiperglikemia (terlalu tinggi), dehidrasi, ketoasidosis, dan trombosis

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dr. Em Yunir, SpPD, KEMD menyebut, penyandang DM (diabetes melitus) tipe 1 berisiko 4,7 kali komplikasi hipoglikemia dikala berpuasa. Dari 3 kejadian per 100 penyandang per bulan menjadi 14 kejadian. Sementara DM tipe 2 berisiko 7,5 kali dengan prevalensi 0,4 kejadian per 100 penyandang per bulan menjadi 14 kejadian. Sedangkan hiperglikemia, penyandang DM 2 menjadi 5 kali lebih banyak. “Satu hingga lima per 100 penyandang per bulan,” ujar dr. Em Yunir dalam seminar diabetes beberapa waktu lalu. 

Wajib Patuh 
Melihat data di atas memang agak mengerikan ya. Namun sebenarnya, mereka yang mempunyai diabetes bisa-bisa saja berpuasa dengan kondusif dan nyaman. 

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Clinical and Experimental Hypertension pada 2008 menunjukkan, penyandang diabetes yang terkelola dengan baik sanggup berpuasa dengan aman. Namun tentu saja, harus ada pedoman-pedoman yang wajib dijalankan. Dan yang terpenting, ada kesadaran secara berdikari untuk melaksanakan administrasi diabetes mereka sendiri. 

“Harus patuh contohnya melaksanakan investigasi gula darah beberapa kali dalam sehari. Khususnya pada DM tipe 1 dan tipe 2 yang menerima insulin,” ujar dr. Em Yunir.

Selain itu, diabetesi juga harus paham akan aneka macam risiko yang mungkin terjadi. Mereka juga wajib mengetahui cara-cara untuk mengatasinya. Misalnya di tengah-tengah waktu puasa mendadak mengalami tanda-tanda kadar gula rendah menyerupai berkeringat dan gemetar. Segeralah berbuka dengan minuman bergula dan makanan kaya karbohidrat.

Para diabetesi juga wajib hukumnya untuk lebih menjaga asupan yang masuk dikala sahur dan berbuka. Jenis makanan dan takarannya juga dipatuhi dan dijalani. Saat sahur, diabetesi diimbau banyak mengonsumsi makanan anggun untuk cadangan energi. Tapi sekali lagi, jangan berlebihan. Makan anggun juga dianjurkan diperoleh dari materi alami menyerupai buah. Begitu juga dikala berbuka. Mulailah dengan makanan bergizi menyerupai sari buah dan koktail buah. Jangan buru-buru makan tapi usahakan makan secara bertahap.

Puasa Aman dan Nyaman
Pergilah ke dokter sebelum dan selama berpuasa, alasannya ialah mungkin dokter akan mengubah atau mengganti obat yang Anda konsumsi. Jangan menghentikan pengobatan, tetapi takaran dan waktunya harus diadaptasi dengan waktu berpuasa.

Tambah porsi makanan yang lambat dicerna menyerupai buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian sehingga tidak mengakibatkan lonjakan gula darah sesudah berbuka. Usahakan makan sahur sedekat mungkin dengan waktu imsak/subuh. Hal ini akan menciptakan gula darah lebih terjaga selama masa berpuasa.

Pantaulah kadar gula darah Anda secara ketat, contohnya tiga jam sesudah berbuka atau sebelum makan sahur dan di siang hari. Hasil pengukuran sanggup mengatakan bagaimana tubuh menyesuaikan diri dengan rutinitas baru. 

Minumlah banyak air tawar di malam hari. Kurangi konsumsi teh dan kopi alasannya ialah cenderung merangsang keluarnya air seni sehingga memicu kehilangan cairan tubuh di siang hari. Bila Anda mengalami tanda-tanda kadar gula rendah (hipoglikemi) menyerupai berkeringat, gelisah, gemetar, lemah atau bingung, sebaiknya segera berbuka dengan minuman bergula yang diikuti makanan kaya karbohidrat.

Setelah Ramadan, kunjungi dokter untuk memastikan kadar gula darah Anda terkelola dengan baik dan apakah obat-obatan yang diberikan perlu diadaptasi kembali. 

Sumber: Majalah Detik Edisi 15 - 21 juli 2013

Sumber http://portalcirebon.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar