Selasa, 18 September 2018

Ritual Kawin Cai Di Lereng Ceremai

Warga di Desa Manis Kidul dan Babakan Mulya yang berada persis di lereng Gunung Ceremei mempunyai satu prosesi upacara yang sangat unik tiap tahunnya yakni ritual mengawinkan air atau dalam bahasa Sunda disebut dengan Kawin Cai. Tujuan utama dari prosesi ini sendiri yakni merupakan upaya masyarakat setempat untuk menghargai salah satu sumber kehidupan paling vital bagi masyarakat Desa Manis Kidul dan Babakan Mulya yakni sumber air. Inti prosesi kawin cai ini sendiri yakni mengawinkan air dari tujuh sumber dari mata air Cibulan dengan sumber dari mata air yang ada di Balong Dhalem Tirtayatra. Mata air di Balong Dhalem Tirtayatra yang berjarak sekitar 5 kilometer dari pemukiman warga ini dilambangkan sebagai pengantin wanita dan 7 air dari mata air Cibulan sendiri dilambangkan sebagai pengantin lelakinya.

Kenapa yang jadi pengantin wanita cuma satu dan selebihnya yakni pengantin wanita (7 sumber air) yakni alasannya berdasarkan kepercayaan mereka bahwa mata air di Balong Dhalem Tirtayatra tersebut yakni induk dari semua mata air di desa mereka dan dengan dikawinkannya dengan 7 mata air yang berbeda-beda itu dibutuhkan akan menciptakan mata air tersebut tidak akan pernah kering dan akan mengalir terus untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketujuh mata itu sendiri mempunyai nama yang berbeda-beda di tiap sumbernya yaitu sumber kejayaan, kemuliaan, pengabulan, deranjana, cisadane, fasilitas dan keselamatan. Bagi warga sekitar, ketujuh sumber mata air di Cibulan yang kini dibuka untuk tujuan wisata itu merupakan 7 mata air yang mengandung berkah dan bisa mengobati banyak sekali macam penyakit alasannya berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat ketujuh sumber air keramat tersebut merupakan mata air peninggalan Prabu Siliwangi yang saat itu bertapa untuk meminta air kepada Yang Maha Kuasa. Di kolam pemandian Cibulan ini pun terdapat juga ikan-ikan yang konon merupakan jelmaan para ilahi yang oleh kesudahannya disebut sebagai ikan Dewa.

Sebelum prosesi pengambilan air dari tujuh sumber mata air di Cibulan, terlebih dahulu dilakukan pembacan doa di depan petilasan Prabu Siliwangi semoga program ritual kawin cai bisa berjalan lancar dan tujuan utama dari ritual tersebut benar-benar berhasil. Barulah kemudian seusai memanjatkan doa para sesepuh budbahasa pun mulai mengambil air dari ketujuh sumber mata air itu untuk kemudian disatukan dalam sebuah wadah yang nantinya akan di arak dan kemudian dikawinkan dengan air yang ada di mata air balong Dhalem Tirtayatra. Dan percaya atau tidak, begitu air yang diambil dari ketujuh mata air itu di persatukan, hujan pun mulai turun membasahi bumi. Konon, turunnya hujan inilah yang jadi tolak ukur apakah doa para sesepuh budbahasa sebelum prosesi pengambilan air dianggap berhasil atau tidaknya.

Prosesi selanjutnya kemudian yakni mengarak air dari ketujuh sumber yang telah dipersatukan itu menuju ke mata air Balon Dhalem di Desa Babakan Mulia. Seperti layak nya menyambut kedatangan mempelai pria, sesampainya di Balon Dhalem para pengarak itu pun akan disambut dengan banyak sekali ritual upacara dan tri-tarian tradisional. Kemudian sehabis upacara penyambutan itu tanggapan digelar barulah masuk ke program inti dari program kawin cai itu sendiri yaitu air dari 7 sumur keramat Cibulan ditumpahkan ke sumber mata air Balon Dhalem Tirtayata. Symbol penyatuan air dari 7 mata air dengan mata air tang ada di Balong Dhalem itu yang kemudian dianggap oleh warga bahwa mata air tersebut telah resmi dikawinkan.

Yang tak kalah seru dari semua itu, beberapa pamong desa yang memang tugasnya mengurusi air menyerupai kaur ekbang dan anggota kawan cainya pun dimandikan memakai air tersebut dengan impian bahwa para pamong itu nantinya akan bisa mengurusi air dengan sebaik-baiknya. Kemudian sebagai epilog segala ritual itu warga dipersilahkan untuk berebut sisa air keramat tersebut untuk selanjutnya kemudian menanam sebatang pohon dan kemudian ditutup dengan makan bersama sebagai bentuk syukuran alasannya mereka telah sukses menggelar ritual kawin cai tersebut.
Sumber http://portalcirebon.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar