Selasa, 14 November 2017

SEJARAH ASAL USUL DESA PURBAWINANGUN

SEJARAH ASAL USUL DESA PURBAWINANGUN KABUPATEN CIREBON . Pada perkembangan Agama Islam di Jawa Barat , sentra penyebarannya terdapat di Puser Bumi ialah kesekretariatan Dewan Wali Sanga, yang menjadi pemimpinnya ialah Syekh Syarif Hidayatullah. Tempat itu ada di Gunung Sembung Desa Astana Kecamatan Cirebon Utara sekarang.

Sunan Kalijaga ialah sekretaris Dewan Walisanga. Kalijaga merupakan nama jabatan, secara etimologis kalijaga terdiri dari dua kata yaitu kali dan jaga. Kali bermakna tulis, mengambil dari kata kalimat artinya tulisan, sedangkan jaga bermakna juru atau petugas, contohnya jaga malam artinya petugas keamanan pada malam hari. Dengan demikian maka Kalijaga artinya juru tulis atau juru surat, disebut pula sekretaris

Adalah seorang cowok dari Demak yang berjulukan Pangeran Purbaya datang di Cirebon bermaksud ingin mendalami/berguru ilmu agama Islam kepada Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Jati. Pemuda itu diterima menjadi muridnya Syekh Syarif Hidayatullah. Setelah lama cowok itu berguru, hingga pada waktu yang dianggap telah cukup dalam berguru, Pangeran Purbaya diberi peran oleh Sang Guru untuk mendirikan sebuah pedukuhan (perkampungan) sambil mengembangkan agama Islam ke arah barat.

Maska berangkatlah Pangeran Purbaya ke arah barat dari Caruban. Setelah lama berjalan, sampailah Pangeran Purbaya di suatu tempat yang dianggap pantas untuk dijadikan sebuah pedukuhan (daerah itu masih berupa hutan belantara). Segeralah Pangeran Purbaya dibantu oleh beberapa anak buahnya untuk menebagng hutan tersebut. Tak lam kemudian berubahlah hutan itu menjadi sebuah pedukuhan dengan masyarakatnya yang telah memeluk agama Islam. Berkat siar Islam yang disampaikan oleh Pangeran Purbaya.

Pangeran Purbaya ialah salah seorang yang dikenal penuh kasih sayang serta suka menolong kepada sesama dengan hati yang tulus tulus tanpa pamrih. Itulah sebabnya banyak orang datang untuk meminta sumbangan kepada Pangeran Purbaya. Oleh karenanya., maka nama Pangeran Purbaya terkenal hingga ke tempat Pasundan. Karena orang Pasundan percaya bahwa Pangeran Purbaya mampu menunjukkan sumbangan untuk mengobati orang yang sakit maupun yang lainnya.

Muncullah istilah, jikalau kata-katanya orang yang agung (sakti) dengan istilah IDU BACIN (air liur yang bau) dan orang Pasundan menyebutnya CAI BIUK. BACIN (air liur yang bau) dan orang Pasundan menyebutnya CAI BIUK. IDU BACIN ialah merupakan sanepa. Arti bekerjsama yaitu IDU = air ludah, BACIN = bacin tak sedap, ibarat bacin bangkai. Tetapi istilah IDU BACIN diatas ialah rasa rendah hati bagi orang agung, karena dirinya tidak mau dikatakan bisa, ita Allah. Kebiasaannya orang agung itu setelah membacakan do’a, kemudian meniupkan pada air putih yang untuk obat itu, terkadang air ludahnya muncrat/nyembur. Oleh karena itu tempat tempat tinggal Pangeran Purbaya diberi nama CIBIUK (berasal dari kata CAI BIUK), kemudian bermetamorfosis Desa Cibiuk.

Ketika masa penjajahan Belanda (± tahun 1921) Desa Cibiuk digabung menjadi satu dengan pemerintahan Desa Plumbon.

Enam puluh satu tahun lamanya Desa Cibiuk menjadi satu dengan pemerintah Desa Plumbon dan pada tahun 1982 terjadi pemekaran Desa. Desa Plumbon dimekarkan menjadi dua, yang disebelah utara tetap masuk wilayah Desa Plumbon, sedangkan yang disebelah selatan (Desa Cibiuk) membentuk desa gres yang diberi nama Desa Purbawinangun.

Adapun yang pernah menjabat Kuwu Desa Purbawinangun ialah :

A.    Nama-nama Kuwu Cibiuk yang dapat diketahui, yaitu :
1.    KH. Kasan (Kuwu)    : 1873 – 1902
2.    Ki Katas (Kuwu)    : 1902 – 1921

B.    Nama-nama kuwu Cibiuk digabung dengan Plumbon oleh Pemerintah Belanda yaitu :
1.    Muharam    : 1928 – 1938  Lurah Cantilan
2.    Katim     : 1938 – 1942  Lurah Cantilan
3.    Sugito    : 1942 – 1944  Lurah Cantilan
4.    Moh. Tohir S    : 1944 – 1946  Lurah Cantilan
5.    Maritan    : 1946 – 1964  Lurah Cantilan
6.    Karsa    : 1964 – 1966  Lurah Cantilan
7.    Karija S    : 1966 – 1982  Lurah Cantilan

C.    Nama-nama kuwu Purbawinangun, yaitu :
1.    Usmana Dirat (Pjs)    : 1982 – 1984
2.    Kuwu Karija S    : 1984 – 1993
3.    Sarwan (Pjs)    : 1993 – 1994
4.    Kuwu Renesi Kentas     : 1995 – 2003
5.    Kuwu Nuryadi W.S    : 2003 – sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar