Selasa, 14 November 2017

ASAL USUL SEJARAH DESA SEMPLO

ASAL USUL SEJARAH DESA SEMPLO KABUPATEN CIREBON . Syahdan dulu kala hidup dua orang suami istri yang sakti mandraguna dengan kehidupan yang tentram dan sejahtera di suatu pedukuhan di tengah hutan belantara di wilayah kerajaan Galuh, yang menganut agama Hindu Budha. Dalam kehidupannya yang sederhana dan bersahaja keduamya memiliki seorang anak laki-laki yang berjulukan Ki Melasi alias Raden Pekok, yang juga mempunyai ilmu yang mumpuni daan tak terkalahkan oleh siapapun bahkan kesaktiannya diakui oleh Ki Geden seantero Kerajaan Galuh.

Pada mas kecilnya Raden Pekok yaitu seorang anak yang pembangkang dan pemalas namun cerdas dan kecerdasannya melampaui anak seusianya. Pada suatu hari Raden Pekok disuruh meladang oleh kedua orang tuanya untuk membantu pekerjaannya, namun sebab kemalasan dan kebandelannya Raden Pekok tidak berangkat ke Ladang, tetapi hanya tiduran saja di kamarnya. Setiap kedua orang tuanya menyuruh ke Ladangdengan kebiasaannya Raden Pekok menuju kamarnya terus tiduran. Kelakuannya tersebut menjadikan rasa jengkel dihati orang tuanya, dengan kata-kata yang keceplosan asbun (asal bunyi) orang tuanya mengumpat “dasar bocah semplo”.. Semplo pada kata umpatan orang tuanya itu tidak mempunyai makna, hanya pelampiasan ungkapan rasa jengkel. Kata-kata yang semacam itu misalnya “dasar kemplud”, “dasar kethek beluk, dst”.

Setelah cukup umur dan sepeninggal kedua orang tuanya, Raden Pekok yang mewarisi pedukuhan tersebut, maka untuk mengenang kedua orang tuanya maka pedukuhan tersebut diberi nama Pedukuhan Semplo, sesuai dengan panggilan kesayangan serta kata-kata umpatan kedua orang tuanya. Sekarang Pedukuhan Semplo menjadi Desa Semplo Wilayah Kecamatan Gempol.

Dalam perjalanannya Raden Pekok banyak dikenal oleh para perjaka di seantero Galuh sebagai seorang yang mempunyai ilmu yang sakti mandraguna dan bahkan banyak diantaranya yang ingin belajar kepadanya, namun demikian tetap saja dengan kesehajaannya, ia menganut falsafah “Mlarat ora Gegulat, Sugi ora Rerawat”.

Dikisahkan pula bahwa Raden Pekok mempunyai peliharaan binatang yang mukanya serupa dengan anjing tapi berbadan monyet yang disebut Begog yang sangat setia mendampingi sang majikan kemanapun pergi. Karena amat setianya, pada dikala Raden Pekok ditantang berkelahi Kesaktian oleh salah seorang Ki Geden di sekitar wilayah pedukuhan Semplo, maka Begoglah yang menggantikan raden Pekok dan mirip persis ujud Rade Pekok. Dalam pergulatan antara hidup dan mati di sebuah pohon besar di hutan sebelah utara pedukuhan Semplo yang sekarang disebut Blok Gandok, dulunya masuk Pedukuhan Kedung Kambe wilayah Desa palimanan Timur, maka bersamaan dengan jatuhnya sang Begog tadi maka ranting besar pohon tersebut semplak atau patah dan Raden Pekok jelmaan Begog tersungkur dan mati, maka Raden Pekok hampir dinyatakan menyerah, namun begitu tahu bahwa Raden Pekok masih hidup dan mengetahui bahwa yang mati tersebut Cuma peliharaannya, maka tunduklah Ki Geden tadi dan mengakui kesaktian Raden Pekok dan menyerahklan tanah tersebut kepada Raden Pekok sebagai bukti legalisasi atas kesaktiannya.

Masa masuknya Islam

Raden Pekok , sebagaimana dikisahkan diatas yaitu seorang penganut Hindu Budha yang mempunyai kesaktian yang mumpuni yang sulit ditaaklukaan, maka atas pertimbangan yang bijak Ki Kuwu Cirebon, mengirim utusan dua orang kesatria yang berjulukan Ki Ganda Maya dan Ki Tubagus Ahmad, alias Ki Abdul Latif, alias Ki Paseh ke Pedukuhan semplo yang membawa misi Islam. Dengan cara dan taktik da’wah yang disampaikan oleh keduanya, lambat laun Raden Pekok memeluk Islam dan berganti nama menjadi Kiyai Melasi, sebagai seorang yang bijak Kiyai Melasi tidak memaksakan pengikutnya untuk mengikuti jejaknya, sebab menurutnya hal tersebut hak dari pengikutnya, maka terjadilah perpecahan diantara pengikut Ki Melasi menjadi 3 (tiga) kelompok:

1.    Kelompok yang kembali ke galuh sebab ingin tetap pada pendirian dan mempertahankan agamanya.

2.    Ada yang tyetap tinggal di Pedukuhan Semplo sebab tidak puas dengan keputusan Ki Melasi. Mereka melaksanakan pembangkangandengan cara tidak mau melaksanakan perintah agama Islam dan meninggalkan agama lama (abangan) yang dipimpin oleh Ki Dholim atau Ki Dalim.

3.    Kelompok Ki Kelir yang mengikuti jejak gurunya Ki Melasi dan menjadi pengikut setianya.

Dikisahkan bahwa untuk membuatkan agama Islam sangatlah sulit, untuk mengajak sholatpun tidaklah segampang yang didak’wahkandengan ucapan, maka Ki Ganda Maya yang terkenal sangat sakti menerangkan kesaktiannya, melaksanakan sholat di dalam Gentong atau daerah air besar, maka yakinlah bahwa orang-orang Islam atau orang Cirebon bisa mengimbangi dan mengungguli kesaktian orang Galuh. Selanjutnya Pedukuhan Semplo dijadikan basis penyebaran Islam di wilayah sekitarnya.

Daftar Nama-nama Kuwu Semplo yang diketahui diantaranya:

1.    Tebok
2.    Atma
3.    Pura Atmaja (kakeknya Bapak Bupati Drs. Dedi Suoardi,MM).
4.    Pandi
5.    Madiya
6.    Sutara    : 1968 – 1986
7.    H. Nonoh Karyono    : 1986 – 1994
8.    Sagung Rudyanto    : 1994 – 2002
9.    Yuri Priyatna (Pjs)    : 2002 – 2003
10.    Suhardja, SH    : 2003 – sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar