Jumat, 14 September 2018

Asal-Usul Talaga Reumis

Jika pada post kemarin-kemarin ihwal Telaga Remis yaitu berdasarkan luas wilayah, dan asal-usul nama Telaga Remis yang konon diambil alasannya yaitu disekitar telaga terdapat begitu banyak hewan remis (sejenis siput atau kering kecil-kecil yang biasanya berwarna kekuningan), maka pada post kali ini akan memaparkan ihwal objek yang sama tapi dengan pemahaman asal-usul dari versi yang berbeda.

Ceritanya, pada liburan Idul Adha kemarin awak bersama keluarga menyempatkan diri berkunjung kembali ke objek wisata yang sejuk dan asri ini. Tapi, berbeda dengan kunjungan-kunjungan sebelumnya, pada kunjungan kali ini menerima kesempatan berharga yakni ngobrol-ngobrol dengan salah sat tetua setempat. Obrolan kami yang semula sekitar keramaian pengunjung dikala isu terkini liburan, dialog kami jadi meluas dan mulai mengerucut pada asal-usul keberadaan Telaga Remis atau yang dalam bahasa masyarakat setempat disebut dengan nama Talaga Reumis.

Objek wisata Talaga Reumis yang terletak di Desa Kadeula Kec. Pasawahan Kab. Kuningan ini memang selalu sesak dikunjungi pleh pengunjung, baik oleh pengunjung yang ada disekitar Kabupaten Kuningan sendiri maupun dari kabupaten-kabupaten sekitarnya ibarat dari Kab. Cirebon, Tegal. Sumedang, Ciamis, Brebes, sampai Bandung. Talaga Reumis memang mempunyai panorama yang indah dengan hutan pinus dan sebuah telaga yang bentuknya menjorok kira-kira panjangnya 120 m dengan lebar 90 m.

Disamping panoramanya yang indah dan asri, objek wisata Talaga Reumis ini juga menyimpan keunikan tersendiri, yakni telaga ini terletak di wilayah yang secara tipografi tidak mungkin terdapat telaga dengan debit air yang tetap dari tahun ke tahun, padahal baik tanaman (hampir semuanya yaitu jenis tanaman yang menghisap air) maupun kontur tanah yang dibilang tandus itu di sekitar telaga bukanlah tanah tumbuh yang cocok untuk adanya sebuah telaga.

Nah, dari sinilah kemudian dialog kami mulai mengerucut ke seputaran asal-usul terbentuknya telaga yang tidak mengecewakan asing ini. Dari lisan tetua itu mendengar bahwa Talaga Reumis dibentuk oleh Prabu Siliwangi, Raja Padjajaran yang namanya hampir menjadi mitos itu. konon pada masa itu, Prabu Siliwangi sedang melaksanakan pertapaan di hutan kerikil tersebut. Dan alasannya yaitu kontur tanah yang sedemikian tandus itulah maka untuk memenuhi kebutuhan minumnya selama menyepi di wilayah itu Prabu Siliwangi hanya mengandalkan embun (dalam bahasa Sunda disebut reumis) yang dikumpulkan dengan daun pisang yang dikerucutkan. Setelah rasa hausnya berkurang, Prabu Siliwangi pun membuang sisa air yang terdapat di pincukan daun tersebut seraya berkata; "Ini sisa embun yang pernah menolong aku dari rasa haus, agar sisanya berkembang menjadi telaga yang kelak akan berkhasiat bagi masyarakat sekitar." Aneh, sehabis berkata begitu, di antara sela-sela kerikil di mana sisa embun itu dibuang keluar air yang begitu deras sampai risikonya membentuk sebuah telaga yang kini dikenal dengan nama Talaga Reumis.

Dan konon, masih berdasarkan sang tetua tadi, disamping untuk keperluan bertapa dan menyepi, Prabu Siliwangi pun kerap tiba ke daerah ini untuk mengunjungi saudaranya yang bermukim di sekitar situ yakni; Bratalegawa atau Haji Purwa (adik kandung dari Prabu Linggabuwanawisesa yang tewas dalam perang Bubat) yang merupakan orang pertama di Pajajaran yang menganut agama Islam dan juga dengan Ki Gedeng Kasmaya yang lebih dikenal dengan nama Mbah Kuwu Cerbon Girang) alasannya yaitu pada masa itu Cirebon atau Cerbon/Caruban merupakan wilayah yang masuk ke dalam kekuasaan Pajajaran sebelum risikonya memberontak melawan Pajajaran.

Begitulah asal-usul terbentuknya Talaga Reumis berdasarkan penuturan sang tetua yang diceritakan kepada .
Sumber http://portalcirebon.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar