Jumat, 14 September 2018

Wayang Golek Cepak

Salah satu seni kebudayaan Cirebon yang dikala ini hampir punah alasannya yaitu gerusan zaman yaitu wayang golek cepak. Wayang golek cepak sendiri merupakan seni budaya yang lahir dari perpaduan antara kesenian pasundan (wayang golek purwa) dengan adaptasi di sana-sini merujuk pada budaya setempat. Itulah Cirebon, sebuah wilayah yang populer sebagai melting pot, yakni kawasan meleburnya aneka macam kebudayaan dari luar daerahnya untuk lalu diolah kembali mengikuti cita rasa setempat yang pada hasilnya melahirkan kebudayaan gres yang unik dan khas.

Seperti halnya wayang golek purwa, wayang golek cepak ini pun memakai golek atau patung kayu sebagai media pertunjukannya dengan satu dalang sebagai pengatur sekaligus narrator dari pertunjukkan tersebut. Perbedaan wayang golek cepak dengan wayang golek purwa yaitu terletak pada bentuk wayang yang tidak meruncing ibarat halnya wayang golek purwa, pun begitu dengan bentuk muka dari wayang itu sendiri yang terlihat ibarat manusia. Oleh karenanya, wayang golek cepak ini disebut juga sebagai wayang realis alasannya yaitu baik corak muka maupun bentuknya mengikuti paras orisinil dari manusia. Untuk kata cepak sendiri merujuk pada bentuk mahkota yang cepak atau papak (rata).

Untuk lakonnya sendiri, wayang golek cepak biasanya tidak terpaku pada pakem wayang pada umumnya yang bercerita perihal kisah mahabarata dengan puncak perang barata yudha, tapi lebih kepada kisah-kisah para raja yang populer yang terdapat dalam sejarah atau babad ibarat tokoh-tokoh Islam Cirebon ibarat Nyi Mas Gandasari, Ki Kuwu Sangkan, dan sebagainya. Konon, wayang golek cepak ini sendiri pertama kali dipentaskan oleh Sunan Gunung Djati sebagai media dakwah yakni untuk menarik masyarakat Cirebon biar mau masuk ke dalam agama Islam. Makanya tak heran jikalau diantara cerita-cerita yang dipentaskan diselipkan juga ajaran-ajaran agama Islam di dalamnya.

Seperti halnya pertunjukan-pertunjukan tradisional lainnya, pada wayang golek cepak pun mempunyai pakem-pakem atau susunan adegan tertentu yang harus ditaati oleh dalam ketika mementaskannya. Pakem yang lazim terdapat dalam pertunjukan wayang golek cepak terbagi dalam beberapa urutan, yakni:

  1. Tatalu atau gagalan

  2. Babak unjal, paseban dan bebegalan

  3. Nagara sejen

  4. Patepah

  5. Perang gagal

  6. Panakawan/goro-goro

  7. Perang kembang

  8. Perang raket

  9. Tutug


Dalang-dalang wayang golek cepak sendiri yang dikala ini masih aktif mendalang (biasanya dalam program atau ritual-ritual moral ibarat Mapag Sri, Ruwatan, Bongkar Bumi, dan sebagainya) meski tak seramai dulu alasannya yaitu tergeser oleh budaya urban yang lebih modern yaitu Ki Ahmadi dari group Sekar Harum, Ki Warsyad dengan groupnya Jaka Baru asal Gadingan, Ki Tayut dari Junti Nyuat dengan groupnya Sri Budi, adan dalang-dalang lainnya yang hampir semuanya bermukim di Indramayu dan beberapa lagi di Cirebon.
Sumber http://portalcirebon.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar