Minggu, 09 September 2018

Beberapa Spot Wisata Di Cirebon Yang Wajib Dikunjungi

Menjelang tahun gres ini saya menemukan satu artikel keren yang ada di Majalah detik wacana wisata di kota Cirebon. Meski goresan pena ini singkat, namun terasa begitu padat dan sangat mewakili beberapa spot wisata yang sudah menjadi ikon di kota Cirebon, ibarat keraton, budaya  dan tentu saja kulinernya.

Ini sangat menarik untuk dibaca, terutama bagi mereka yang ada diluar kota Cirebon dan dalam waktu bersahabat ingin menghabiskan liburan natal dan tahun barunya di kota Cirebon. Untuk itu sengaja saya copy-paste di sini, barangkali berguna. Check this out….       

Kereta Cirebon Express
DARI Jakarta, Cirebon memang sedikit lebih jauh dibanding Bandung. Tapi tetap saja, Kota Udang ini bisa dijangkau dengan kendaraan beroda empat dalam waktu kurang dari empat jam dari Jakarta. Mobil tentu lebih dipilih jikalau Anda pergi bersama keluarga, semoga tidak repot ketika menjelajah Cirebon. Kalau mau lebih cepat, ada Kereta Cirebon Express dari Stasiun Gambir. Majalah detik mencoba “cara” ini. Tak perlu repot menyetir, tinggal membeli tiket dan duduk manis. Sepanjang perjalanan, kami bisa puas menikmati pemandangan.

Kami pun menentukan kereta pagi. Dengan Kereta Cirebon Express yang berangkat dari Gambir sekitar pukul 08.30 WIB, kami berharap menjelang makan siang sudah tiba di Cirebon. Perjalanan selama kurang lebih tiga jam itu terasa menyenangkan. Mata kami disuguhi hamparan sawah yang menghijau. Kalau menjelang ekspresi dominan panen, flora padi ini akan menguning. Tapi, baik hijau maupun kuning, dua-duanya tetap menyenangkan.

Apalagi untuk warga Jakarta yang jarang melihat sawah. Rasanya tak membosankan menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Namun, kalau ingin mengumpulkan tenaga, cobalah tidur. Dua jam memejamkan mata rasanya cukup untuk menciptakan tubuh segar, ya. 

Empal Gentong khas kota Cirebon
Dan, tak terasa kami sudah tiba di Stasiun Cirebon. Jarum jam menawarkan pukul 11.30 WIB, perut kami pun keroncongan minta diisi. Jangan khawatir, ada banyak warung makan di sekitar Stasiun Cirebon. Menu utamanya, empal gentong. Empal gentong memang salah satu masakan khas Cirebon yang terkenal. Makara jangan pernah melewatkan untuk mencicipinya, ya. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu, tergantung warungnya. Tapi rasanya tidak berbeda jauh antara satu warung dan warung lainnya. Mungkin resepnya sudah turun-temurun. Singkat cerita, hanya dengan Rp 20 ribu, kami puas makan empal gentong bersama nasi hangat.


Selesai makan, jarum jam menunjuk angka 12, kami bergegas supaya tidak kehabisan waktu untuk menjelajah Cirebon. Tujuan pertama kami ialah Desa Batik Trusmi. Kami menentukan naik ojek untuk menuju tempat pusat batik di Cirebon itu. Dari stasiun, kami cukup membayar Rp 10 ribu. Jaraknya memang tak jauh, hanya dalam 15 menit kami sudah berada di grosir batik terbesar di Cirebon itu. Dari stasiun bergotong-royong ada angkutan umum. Lebih murah, tetapi waktu yang diperlukan lebih lama.

Kota Trusmi yang menjadi pusat industri Batik Cirebon
Desa Batik Trusmi ialah pusat penjualan batik Cirebon yang sudah naik daun semenjak dekade 1980-an. Asyiknya, kini sudah ada Pusat Grosir Batik Trusmi. Konsepnya ibarat department store, tapi khusus menjual batik Cirebonan. Di sini, Anda bisa melihat bermacam-macam batik dalam aneka macam model dan ukuran. 

Harganya juga cukup terjangkau, mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 300.000, tergantung materi yang digunakan. Puas berbelanja batik di Trusmi, kami melanjutkan perjalanan ke Keraton Kasepuhan Cirebon. Sebuah gapura berbentuk candi bentar menyambut kedatangan setiap pengunjung, termasuk kami. 

Hampir setiap elemen arsitektur di Keraton Kasepuhan ini mempunyai makna. Jika ingin mengetahui lebih banyak mengenai sejarah keraton, tersedia jasa tour guide. Tarifnya, tergantung kepiawaian Anda menawar. 

Keraton Cirebon juga mempunyai museum dengan koleksi yang cukup lengkap. Selain lukisan, di sini juga terdapat aneka macam benda pusaka. Jadi, jangan lupa mampir ke sini, ya. Salah satu koleksi yang paling dikeramatkan ialah Kereta Singa Barong. Kereta ini sudah tidak lagi digunakan. Namun, setiap tanggal 1 Asyura (Muharam), kereta ini dikeluarkan untuk dimandikan.

Anda juga bisa menemukan benda-benda lain yang tak kalah menarik. Contohnya dua gesekan erotis, yang konon disesuaikan dari Kitab Kama Sutra. Dua gesekan dengan dongeng berbeda ini diletakkan di sebuah pojok yang tidak terlalu mencolok. Mungkin sengaja “disembunyikan” alasannya ialah agak vulgar.

Tidak terang betul apakah gesekan ini memang disesuaikan dari Kitab Kama Sutra. Sebab, jikalau memang demikian, akan ada beberapa karya lain sebagai lanjutannya. Menurut pemandu wisata dari keraton, karya itu ialah gesekan Kama Sutra versi Panembahan Girilaya. Dia ialah salah seorang keturunan Sunan Gunung Jati. Selain bangsawan, Panembahan Girilaya juga seorang seniman. Ia menekuni seni pahat dan gesekan kayu. Karyanya bergotong-royong bukan hanya gesekan Kama Sutra, tapi entah mengapa karya inilah yang paling banyak menarik perhatian.

Jika benar gesekan tersebut disesuaikan dari Kitab Kama Sutra dari peradaban Hindu, ini tentu fakta yang cukup menarik. Pasalnya Panembahan Girilaya ialah seorang aristokrat peradaban Islam Jawa. Ini menawarkan telah terjadi pembauran dua peradaban.

“Peradaban pra-Islam, kan memang Hindu. Pajajaran, Siliwangi, kan masih Hindu. Ya, mungkin itu semacam pendidikan seks pada zaman tersebut,” terang sang pemandu. 

Apa pun kisahnya, gesekan Kama Sutra ini bisa menyita perhatian pengunjung. Lebih memikat ketimbang Lingga dan Yoni yang ada di pelataran keraton.

Nasi Jamblang, masakan khas kota Cirebon
Capek berkeliling, perut kami sudah minta diisi lagi. Kami pun mampir ke warung nasi jamblang Ibu Nur di Jalan Cangkring II. Warung nasi jamblang yang sudah populer itu menempati sebuah rumah berlantai dua di sebuah gang sempit. Pengunjung kadang harus antre untuk memarkir mobilnya.

Bungkusan Nasi Jamblang, masakan khas Cirebon
Deretan dingklik panjang menjadi tempat para tamu menyantap makanan. Makanan disajikan secara prasmanan. Ada sekitar 20 pilihan lauk nasi jamblang khas Cirebon. Sayangnya, Ibu Nur sudah tidak membungkus nasi jamblangnya dengan daun jati. Mungkin alasannya ialah daun jati makin sulit dicari. 

Anda akan ditawarkan satu atau dua nasi ukuran sekepalan tangan. Untuk lauk, Anda tinggal memilih. Rekomendasi kami ialah sate kentang, semur daging atau ati, semur tahu, telur dadar, dan aneka pepes. Nasi jamblang banget.

Jangan lupa juga sambal nasi jamblang. Merah-merah menggoda, tapi tidak pedas. Yang juga wajib dicoba ialah blakutak, cumi yang dimasak dengan tinta hitamnya. Rasanya bikin hati meleleh!


Sumber http://portalcirebon.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar