Rabu, 26 September 2018

Tradisi Nadran Pada Nelayan Indramayu

Nadran ialah sebuah tradisi tahunan yang rutin dilaksanakan oleh nelayan Indramayu setiap dua ahad sesudah lebaran Idul Fitri. Kata nadran sendiri berasal dari kata nadzar - nadzaran - nadran yang berarti kaul atau syukuran. Syukuran nelayan Indramayu wacana diadakannya tradisi ini sendiri ialah atas rezeki melimpah yang telah diberikan Tuhan kepada mereka baik berupa keselamatan saat berlayar di maritim maupun hasil ikan yang melimpah sepanjang tahun yang lalu.

Tradisi nadran sendiri mula-mula diawali dengan diadakannya pagelaran tari-tarian dan hiburan rakyat tradisional menyerupai reog, jaipong, genjring, tari kerbau dan lain-lain. Semua warga nelayan indramayu yang hadir hari itu tumplek blek menikmati pesta tahunan ini sampai pesta ini menjadi begitu meriah.

Kemeriahan pun tampak di dalam ruangan khusus di mana ibu-ibu dan bapak-bapak nelayan yang dianggap kompeten menyiapkan meron yang akan dilarung keesokan harinya. Meron sendiri merupakan sebuah miniatur bahtera yang didalamnya diisi dengan kepala kerbau, kulit kerbau, dan banyak sekali macam sesaji yang nantinya akan diangkut kedalam bahtera sungguhan untuk kemudian dilarung ke tengah-tengah lautan (± 50 meter dari pantai).

Ketika meron yang telah dimuat di dalam bahtera berlayar, para penduduk nelayan dengan perahunya masing-masing akan mengawal bahtera yang membawa meron ini untuk kemudian saat meron dilarung para penumpang kapal yang ikut mengawal tadi akan berbondong-bondong terjun ke maritim demi memperebutkan segala sesaji dari meron yang dilarung tadi.

Berbagai sesaji yang mereka sanggup dari meron yang sebelum dilarung telah dibacakan mantra-mantra yang berbaur dengan asap dupa oleh dukun diyakini penduduk sanggup dijadikan jimat yang mempunyai kegunaan untuk menolak bala sekaligus mendatangkan rezeki berlimpah saat dibawa berlayar mencari ikan.

Setelah meron dilarung, sang dukun pun yang tadi bertugas sebagai pembaca mantra akan mengambil air maritim yang nantinya akan digunakan dalam upacara ruwatan pada malam berikutnya. Ruwatan sendiri ialah berupa upacara meminta keselamatan yang ditandai dengan digelarnya pertunjukan wayang kulit dengan lakon tertentu.

Air yang siang tadi diambil saat upacara larung meron oleh dukun pun dan telah dicampur dengan air-air lainnya sesudah upacara ruwatan usai akan dibagikan kepada warga sebagai ajimat supaya senantiasa diberi keselamatan .

Begitu upacara ruwatan usai maka usai pulalah program tradisi nadran ini dan para nelayan pun pulang ke rumah masing-masing untuk kembali berkutat dengan rutinitas sehari-hari mereka yang tak lepas dari jaring dan perahu....
Sumber http://portalcirebon.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar