Selasa, 11 September 2018

Upacara Puputan Di Indramayu

Upacara puputan yaitu sebuah upacara yang digelar oleh masyarakat Indramayu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan tatkala bayi mereka gres saja terlepas tali pusarnya (usus plasenta) dari sendi usus perut yang biasa dikenal oleh masyarakat Indramayu sebagai coplok/puput puser yang biasanya 5 atau tujuh hari sehabis bayi lahir di dunia. Untuk waktu pelaksanaan upacaranya sendiri biasanya pada malam hari, tepatnya pukul 24.00 WIB, yang bertempat di rumah orang bau tanah dari bayi yang gres saja dilahirkan tersebut. Disamping sebagai ungkapan rasa syukur, momentum puput puser ini juga biasanya dipakai untuk memberi nama sang bayi yang gres lahir tersebut.

Untuk teknis pelaksanaan dari upacara puputan ini sendiri yaitu pada pagi atau siang hari orang bau tanah dengan dibantu kerabatnya akan mengedarkan permintaan lewat ekspresi kepada tetangga sekitar rumah bahwa yang bersangkutan akan mengadakan upacara puputan pada malam hari dan mengharapkan kedatangan para permintaan untuk dapat hadir dalam upacara tersebut. Barulah kemudian, pada malam harinya (biasanya selepas Isya), setelah para permintaan telah berkumpul maka upacara puputan pun dibuka yang diawali dengan majemuk pertunjukkan tradisional sederhana menyerupai mendengarkan juru tembang melantunkan macapat yang berisi ihwal legenda-legenda jaman dahulu menyerupai babad Cirebon, babad Dermayon, Babad Tanah Jawi, dan sebagainya, yang dibaca pribadi oleh sang juru tembang dari sebuah manuskrip kuno yang disebut dengan buku lontar.

Barulah setelah waktu menawarkan jam 12 malam program inti dari upacara puputan pun dilaksanakan yang dibuka dengan derma nama oleh orang bau tanah sang bayi dengan iringan tembang pupuh yang dilagukan oleh juru tembang beserta rombongannya. Pada dikala itu, bayi yang semula ditidurkan di kamar bersama ibunya, sempurna tengah malam di bawa keluar kamar oleh orang tuanya ke hadapan pimpinan juru tembang dan disaksikan oleh para tamu permintaan yang juga berkumpul bersama juru tembang. Pada dikala itulah orang bau tanah bayi memberi nama pada bayi tersebut. Selanjutnya bayi dikidung secara khusus semoga bayi tersebut dijauhkan dari banyak sekali macam penyakit dan semoga Allah memberkahinya.

Selesai dikidung, sang bayi pun kembali dibawa untuk ditidurkan bersama ibunya di kamar yang dengan itu menandai berakhirnya upacara puputan. Sementara itu, para tamu undangan, bagi yang besok paginya punya kesibukan biasanya akan pulang ke rumah masing-masing, dan bagi yang tak punya kesibukan pada pagi harinya biasanya akan tetap tinggal di situ untuk melekan hingga pagi hari.

Sumber http://portalcirebon.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar