Jumat, 28 September 2018

Tradisi Unik Di Masjid Sang Cipta Rasa

Di Masjid sang Cipta Rasa Cirebon yang di bangkit oleh wali Allah pada tahun 1480 M ini setiap sholat Jum'at ada yang berbeda dengan masjid-masjid kebanyakan. Setidaknya mencatat ada tiga perbedaan yang cukup mencolok dan unik dalam setiap diadakannya sholat Jum'at di masjid ini yang tak menemuinya di masjid lain, dan mungkin inilah yang menciptakan sebagian jemaah selalu kembali dan kembali lagi ke masjid ini setiap mau melakukan sholat Jum'at tak peduli seberapa pun jauhnya jarak masjid ini dari tempat tinggal mereka.

Apa saja perbedaan-perbedaan dari masjid ini yang tidak akan di temui di masjid lain di Nusantara, inilah rincian singkatnya...


  • Ada jemaah wanita yang ikut sholat Jum'at
    Pada setiap sholat Jum'at yang kebetulan jatuh pada hari pasaran kliwon, banyak jemaah wanita yang ikut sholat Jum'at di Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon ini dengan satu iktikad bahwa kalau mereka ikut sholat Jum'at yang jatuh sempurna pada hari Jum'at Kliwon maka yang bersangkutan akan memperoleh berkah. Atas dasar iktikad itulah, pada Jum'at Kliwon banyak jemaah wanita yang tiba tidak hanya dari tempat Cirebon tapi juga banyak yang tiba dari luar kota untuk ikut bersholat Jum'at di Masjid ini.


  • Azan Pitu
    Berbeda dengan masjid lain yang biasanya hanya menampilkan satu Muadzin, maka di Masjid Sang Cipta Rasa ini setiap sholat Jum'at selalu menampilkan 7 muadzin sekaligus (azan pitu) hingga terdengar ibarat koor. Azan pitu ini sendiri berdasarkan legenda yang beredar di masyarakat Cirebon berawal ketika Mesjid Sang Cipta Rasa yang masih beratapkan rumbia terbakar hebat. Berbagai upaya dilakukan untuk memadamkan api, namun selalu gagal. Sampai akibatnya istri Sunan Gunungjati Nyi Mas Pakungwati menyarankan biar dikumandangkan azan. Namun api belum juga padam. Azan kembali dikumandangkan oleh dua orang hingga berturut-turut tiga orang hingga enam orang, namun api belum juga padam. Konon api gres padam sesudah azan dikumandangkan oleh tujuh orang muazin. Api yang mengkremasi mesjid konon merupakan ulah Menjangan Wulung -mahluk mistik yang berwatak jahat semacam leak di Bali-. Dalam versi lainnya yang serupa tapi tidak sama menyebutkan, terbakarnya mesjid bukan dalam arti secara fisik tetapi secara filosofis. Versi berbeda menyebutkan bahwa azan pitu merupakan titah Sunan Gunungjati sebagai taktik untuk mengalahkan hero jahat arif hitam tinggi berjulukan Menjangan Wulung. Saat itu, Menjangan Wulung bertengger di kubah masjid, dan menyerang setiap orang yang hendak ke masjid baik untuk azan maupun hendak salat. Setiap muazin yang melatunkan azan selalu tewas lantaran serangan dari Menjangan Wulung yang tidak bahagia dengan perkembangan Islam di tanah Jawa yang begitu pesat. Kondisi ini tentu saja menciptakan gundah warga yang hendak melantunkan azan maupun hendak sholat. Kemudian Sunan Gunung Jati menitahkan biar dikumandangkan azan oleh tujuh orang sekaligusuntuk mengusir Menjangan Wulung ini. Dan benar saja, begitu azan pitu ini berkumandang, Menjangan Wulung yang sedang bertengger di kubah masjid akibatnya terpental bersama kubah masjid yang didudukinya hingga ke negeri Banten dan tak pernah kembali lagi ke Cirebon. Konon itulah sebabnya hingga kini masjid Sang Cipta Rasa tak mempunyai kubah masjid.


  • Khotbah Berbahasa Arab
    Tradisi yang tak kalah uniknya dari masjid ini selain azan pitu dan jemaah wanita yang ikut bersholat Jum'at yakni hingga ketika ini khotbah Jum'at selalu dibawakan dengan memakai bahasa Arab. Dan meski hampir semua jama'ah tak memahami artinyajamaah tetap menyimaknya dengan khusu tanpa mengobrol dengan rekan disebelahnya. Tujuan dari tetap dilestarikannya khotbah berbahasa Arab ini sendiri konon untuk memotivasi jamaahnya biar mau berguru bahasa Arab.


Jadi, kalau anda kebetulan sedang melintas di Cirebon ketika hari Jum'at, tidak ada salahnya kalau anda mampir sebentar untuk ikut sholat Jum'at di masjid Sang Cipta Rasa ini.

Salam.
Sumber http://portalcirebon.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar