Kamis, 20 September 2018

Pedati Gede Pekalangan Yang Legendaris

Pedati Gede Pekalangan, itulah nama dari pedati yang sanggup jadi merupakan pedati atau kereta terbesar sampai ketika ini di Indonesia bahkan sanggup jadi di dunia. Kereta ini memang punya ukuran yang tak masuk akal yakni dengan panjang total 8,6 meter, tinggi 3,5 meter dan lebar 2,6 meter. Kereta ini berjalan di atas enam roda ukuran besar dengan diameter 2 meter dengan panjang jari-jari roda sepanjang 90 cm dan dua roda kecil yang berdiameter 1,5 meter dengan panjang jari-jari roda 70 cm. Tidak hanya besarnya ukuran yang menciptakan pedati ini begitu istimewa tapi juga teknologi yang terdapat dalam kereta itu dinilai oleh banyak pengamat sebagai kereta yang melampaui teknologi zamannya. Teknologi itu sanggup dilihat dari terdapatnya semacam as terbuat dari kayu lingkaran berdiameter 15 cm yang menghubungkan antar roda melalui poros yang ada di tiap-tiap roda tersebut dengan pelumas dari getah pohon damar di tiap pertemuan antara roda tersebut dengan poros supaya disamping pertemuan antara as dan porosnya tetap lancar juga menciptakan as tidak cepat aus.


Satu hal lainnya yang mengundang decak kagum ialah sistem rangkaian dari Pedati Gede Pekalangan ini memakai sistem knock down layaknya kereta api sampai jikalau pada ketika itu yang diangkut tak cukup hanya dengan memakai pedati ini maka dipakai pedati-pedati lainnya dengan cara mencangkolkan pedati komplemen itu dibelakangnya dan ditarik dengan tenaga kerbau bule yang diyakini mempunyai tenaga di atas rata-rata kerbau biasa pada umumnya.

Berdasarkan catatan dan dipercaya oleh beberapa hebat dibentuk pada tahun 1371 ketika Cirebon masih berbentuk katumenggungan dan dipimpin oleh Pangeran Cakrabuwana. Dan pedati ini masih tetap dipakai sampai jaman kesultanan Sunan Gunung Jati di periode ke-15. Salah satu tugas penting pedati ini ialah ketika pembangunan Masjid Agung Sang Ciptarasa tahun 1480 sebagai alat angkut bangunan dan juga sebagai alat transfortasi ketika menginfasi Sakiawarman yang bersembunyi di desa Girinata (kini wilayah Palimanan). Sakiawarman merupakan adik kandung Prabu Purnawarman yang merupakan Kerajaan Tarumanegara di kawasan Cisadane, Bogor, yang memberontak kepada kakaknya tapi alasannya gagal kemudian melarikan diri ke Desa Girinata. Karena Girinata waktu itu merupakan wilayah Kerajaan Indraprasta, maka Purnawarman meminta derma kepada Wiryabanyu, Raja Indraprasta untuk menumpas para pemberontak ini. Dan alasannya Kerajaan Indraprasta dan Kesultanan Cirebon waktu itu bersahabat dengan Kerajaan Tarumanegara maka Kesultanan Cirebon pun ikut mengirimkan pasukannya berikut dengan alat-alat logistiknya memakai pedati gede ini untuk kemudian ikut membantu kerajan tersebut menumpas para pemberontak yang bersembunyi di Girinata. Kontur tanah Desa Girinata yang becek dan berbukit-bukit menciptakan Pasukan Cirebon sangat terbantu dengan adanya pedati gede Pekalangan ini. Disamping itu, tak hanya sebagai alat angkut, postur tubuh pedati gede ini yang sangat besar dan kokoh pun sanggup dijadikan sebagi benteng dikala pasukan musuh menyerang.

***


Gambar diambil dari blog ini

Sumber http://portalcirebon.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar